PENGARUH DISIPLIN KERJA DAN MOTIVASI
TERHADAP
KINERJA KARYAWAN PADA BMT SURYA ASA ARTHA
GAMPING, YOGYAKARTA
Lena Muhayati
Sri Haryani
Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN Yogyakarta
bundaninik@gmail.com
ABSTRACT
To win the competition and achieve objectives, BMT SURYA ASA ARTHA requires support the performance of
its employees. High employee performance can be realized if the discipline of
work and employee motivation is also high. This study aims to examine and
analyze the influence of discipline and
motivation on employee performance. Data
collected through questionnaires to 30 employees. Analysis of the data using SPSS version 17.00. This study uses analytical and test data by validity,
reliability with Cronbach Alpha, classic
assumption test, and multiple linear regression analysis. Validity and
reliability test show that all items are
valid and reliable questions. Classic
assumption test show that there are no multicolinearity, no heterocedasticity,
nor autocorrelation. Hypothesis test results show that the work discipline
partially no effect on employee performance, motivation is partially influence on
employee performance. Simultaneously, work discipline and motivation influence
on employee performance.
Keywords : Work
Discipline, Motivation, Employee Performance, Baitul Maal Wat Tamwil
PENDAHULUAN
Perkembangan
ekonomi Islam akhir-akhir ini begitu pesat, yang ditandai dengan meningkatnya
praktek bisnis yang berdasarkan kaidah Islam. Peningkatan ini bukan hanya di Indonesia yang
mayoritas Islam namun juga di negara-negara yang mayoritas penduduknya non
Islam seperti Inggeris dan Amerika yang kemudian melakukan kajian ekonomi Islam. Meningkatnya praktek ekonomi
Islam ini melahirkan peluang-peluang
bisnis yang sesuai dengan kaidah Islam, seperti perbankan Islam. Perbankan
Islam atau dikenal dengan perbankan Syariah merupakan sistem perbankan yang
pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam,
yang didalamnya terdapat larangan untuk meminjamkan atau memberi pinjaman
dengan mengenakan bunga pinjaman (riba) serta larangan untuk berinvestasi
pada usaha-usaha berkategori terlarang (haram).
Pada tahun 1991,
bank syariah pertama yang lahir di Indonesia adalah bank Muamalat. Sebagai bank yang baru
berdiri, pada awalnya Bank Muamalat ini
kurang popular. Namun setelah krisis Ekonomi 1998 di mana banyak bank
yang dilikuidasi, ternyata bank Muamalat yang relatif baru ini mampu bertahan. Kondisi ini menginspirasi kalangan perbankan
untuk mendirikan bank Syariah serta
Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang dikenal dengan Baitul Maal Wat Tamwil
(BMT).
Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) sebagai suatu perusahaan
atau organisasi mempunyai standar perilaku yang harus ditaati oleh karyawannya, dengan harapan karyawan dapat meningkatkan
produktivitasnya. Dalam kenyataanya kadang-kadang karyawan melanggar standar
perilaku tersebut atau disebut dengan melanggar
disiplin. Peningkatan displin menjadi bagian penting dalam Manajemen
Sumberdaya Manusia (MSDM), khususnya
dalam peningkatan produktivitas. Secara umum peningkatan disiplin menjadi tolok
ukur pelaksanaan fungsi-fungsi MSDM secara keseluruhan.
Disiplin yang
baik atau tinggi mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab
seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Karyawan dengan disiplin yang baik akan mendorong
gairah dan semangat kerjanya, serta mendorong terwujudnya tujuan karyawan,
perusahaan, maupun masyarakat (Hasibuan, 2013). Disiplin
yang baik tidak hanya bermanfaat bagi karyawan yang bersangkutan maupun
perusahaan di mana ia bekerja, namun juga bagi masyarakat pada umumnya. Oleh
karena itu setiap manajer selalu
berusaha agar bawahannya dapat bekerja dengan disiplin tinggi.
Disiplin preventif merupakan upaya untuk menggerakkan karyawan untuk
mengikuti dan mematuhi pedoman kerja dan aturan-aturan yang telah digariskan
perusahaan. Disipilin preventif ini berhubungan dengan kebutuhan kerja untuk
semua bagian sistem yang ada di perusahaan (Mangkunegara, 2013). Perusahaan yang menyusun deskripsi kerja secara jelas dan tuntas
akan membantu karyawan memahami apa tugasnya, bagaimana melaksanakannya, kapan
pekerjaan mulai dan kapan selesai, seperti apa hasil kerja yang diharapkan, dan
kepada siapa mempertanggungjawabkan pekerjaan tersebut (ide saya sendiri). Tanpa adanya pembagian kerja yang tuntas, maka karyawan
akan menghadapi kesulitan untuk memahami tugasnya dengan jelas, tidak
tahu harus bertanggung jawab kepada siapa, dan tidak tahu hasil kerja seperti
apa yang diharapkan. Kondisi ini menyebabkan karyawan tidak disiplin dan kinerjanya
juga relatif rendah.( ide saya sendiri)
Motivasi menjadi salah satu faktor yang menentukan kinerja
karyawan (Gibson, etc. 1994). Dalam kegiatan bisnis, seorang pemimpin perusahaan
perlu untuk memahami
motivasi bawahannya. Dari pemahaman motivasi bawahannya ini selanjutnya
pemimpin dapat memberikan motivasi sesuai dengan kebutuhan karyawan, sehingga
kinerja karyawan dapat meningkat secara
maksimal sekaligus dapat mencapai tujuan perusahaan.
Penilaian kinerja merupakan alat yang bermanfaat untuk mengevaluasi
kinerja karyawan, mengembangkan dan sekaligus memotivasi karyawan. Dari sudut
pandang karyawan, kinerja menjadi cerminan kemampuan dan keterampilannya dalam
pekerjaan tertentu yang akan berdampak pada reward
atau punishment dari perusahaan. Sementara dari sudut pandang perusahaan, kinerja karyawan mencerminkan produktivitas
perusahaan yang akan mempengaruhi tercapai tidaknya tujuan perusahaan. Dengan
produktivitas yang tinggi, perusahaan tidak hanya mampu mencapai tujuannya
namun juga sekaligus dapat memenangkan persaingan.
Sebagai
perusahaan jasa keuangan yang relatif baru, yang berdiri pada 9 Juli 2001, BMT
SURYA ASA ARTHA menghadapi persaingan yang tajam baik dengan sesama BMT, dengan
BPD, maupun dengan bank nasional baik
swasta maupun pemerintah yang relatif besar.
Perusahaan layanan jasa keuangan yang relatif besar mempunyai keunggulan dalam hal permodalan,
jaringan layanan, teknologi, dan sumberdaya manusianya. BMT SURYA ASA ARTHA
sebagai suatu perusahaan perlu terus-menerus melakukan peningkatan kinerja karyawannya sehingga
tujuan perusahaan tercapai dan sekaligus dapat memenangkan persaingan. Salah
satu cara yang diyakini manajemen perusahaan dapat meningkatkan kinerja
karyawannya yaitu dengan menegakkan disiplin karyawannya serta memberikan
motivasi kepada karyawannya.
KAJIAN
TEORI
Pengaruh
Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
Manusia sebagai individu mempunyai
keinginan untuk hidup bebas, sehingga ada kalanya manusia ingin melepaskan diri
dari segala peraturan yang membatasi pendapat dan perilakunya. Sebagai mahluk
sosial manusia perlu melakukan penyesuaian-penyesuaian, sehingga perbedaan pendapat
dan perilakunya tidak menimbulkan permasalahan. Kehidupan perusahaan juga
membutuhkan ketaatan karyawannya terhadap peraturan yang berlaku, sehingga
tujuan perusahaan dapat tercapai. Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan
seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang
berlaku (Hasibuan, 20013). Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa
tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya.
Melihat
pentingnya disiplin dalam pencapaian tujuan perusahaan, maka perusahaan perlu
mengupayakan agar karyawannya selalu dalam kondisi disiplin tinggi. Terdapat
dua bentuk disiplin kerja yang dapat digunakan manajer agar karyawannya
selalu dalam kondisi disiplin tinggi
yaitu disiplin preventif dan disiplin kuratif (Mangkunegoro, 2013). Disiplin preventif merupakan upaya untuk menggerakkan karyawan agar mengikuti dan
mematuhi pedoman kerja dan aturan-aturan yang digariskan perusahaan. Dengan
cara preventif karyawan dapat memelihara
dirinya terhadap peraturan-peraturan
perusahaan. Disiplin kuratif
merupakan upaya menggerakkan karyawan
dalam menyatukan suatu peraturan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan
sesuai dengan pedoman yang berlaku di perusahaan. Adanya karyawan yang
melanggar peraturan akan diberikan
sanksi sesuai peraturan yang berlaku, dengan tujuan memperbaiki karyawan yang
melanggar, memelihara peraturan yang berlaku, dan memberikan pelajaran kepada yang
melanggarnya.
Mangkunegoro (2013) menyebutkan
adanya delapan (8) indikator yang
mempengaruhi kedisiplinan karyawan. 1) Tujuan dan kemampuan. Tujuan yang akan
dicapai harus jelas, ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi
kemampuan karyawan. Tujuan yang dibebankan kepada karyawan harus sesuai dengan
kemampuan karyawan, agar dia bekerja sungguh-sungguh dan disiplin dalam
mengerjakannya. 2) Teladan pimpinan. Pimpinan menjadi teladan atau contoh yang
baik bagi karyawannya, termasuk dalam hal kedisiplinan. 3) Balas jasa. Balas
jasa akan memberikan kepuasan dan
kecintaan kepada pekerjaan maupun perusahaannya. Jika kepuasan dan kecintaan
karyawan semakin meningkat, maka kedisiplinan karyawan juga semakin meningkat.
4) Keadilan. Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena
sifat dan ego manusia yang merasa dirinya penting dan ingin diperlakukan sama
dengan yang lainnya. 5) Pengawasan melekat.
Dengan adanya pengawasan melekat pada diri karyawan, tidak ada
pengawasan atasanpun mereka tetap akan disiplin. 6) Sanksi hukuman. Dengan
sanki hukuman yang semakin berat, karyawan semakin takut untuk melanggar peraturan perusahaan, sehingga kedisiplinan
juga semakin meningkat. 7) Ketegasan pimpinan. Pemimpin harus tegas dan berani
bertindak untuk menghukum setiap karyawan yang melanggar peraturan. 8) Hubungan
kemanusiaan. Hubungan kemanusiaan yang harmonis
antar sesama karyawan maupun antara karyawan dengan pimpinan akan
mendorong terciptanya kedisiplinan.
Penelitian
yang dilakukan Mulyadi dan
Marliana (2010) dengan judul “Pengaruh
Motivasi dan Disiplin Kerja
Karyawan Terhadap Kinerja Karyawan Pada
Departemen Weaving PT. Adetex Cabang
Banjaran, Kabupaten Bandung” menghasilkan nilai t hitung lebih besar dari t tabel ( 3,59 >
1,66) dan koefisien korelasi regresi 0,697.
Disimpulkan bahwa secara parsial disiplin kerja
berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja karyawan. Silalahi dan Lufti (2014) yang meneliti tentang ”Pengaruh Motivasi, Pengawasan, Dan Disiplin
Kerja Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan Dan
Kekayaan Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah” menunjukkan bahwa variabel disiplin
kerja secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerja
yang ditunjukkan dengan nilai t hitung (6,416) > t tabel (1,662) atau nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dan koefisien korelasi sebesar 0,298. Penelitian yang dilakukan Marpaung dkk. (2014) tentang “Pengaruh Motivasi dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan: Studi Pada Karyawan
Rumah Sakit Reksa Waluya Mojokerto” menunjukkan bahwa disiplin kerja secara parsial berpengaruh terhadap
kinerja karyawan.
Dari kajian teori dan penelitian
terdahulu di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah:
H1: disiplin
kerja secara parsial berpengaruh
terhadap kinerja karyawan BMT SURYA ASA ARTHA.
Pengaruh
Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan
Motivasi
merupakan kekuatan yang bekerja pada seorang karyawan
yang menginisiasi dan mengarahkan perilaku (Gibson etc. 1994). Seorang karyawan yang bekerja dengan motivasi untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
tertentu pada umumnya lebih
bersemangat dan lebih bersedia untuk
menggunakan seluruh kemampuanya. Dengan demikian mereka lebih produktif
dibanding mereka yang bekerja tanpa motivasi.
Misalnya seseorang mempunyai motivasi mendapatkan gaji yang tinggi, maka
dalam bekerja akan menggunakan seluruh daya dan kemampuannya untuk menunjang
pencapaian keinginan tersebut.
Terdapat berbagai teori motivasi, antara lain teori
motivasi dari Abraham Maslow, yang menyatakan bahwa kebutuhan manusia tersusun
dalam bentuk hirarkhi atau berjenjang, Hirarkhi kebutuhan ini dimulai dari yang paling rendah kebutuhan fisiologis,
kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, dan yang paling
tinggi kebutuhan aktualisasi diri (Gibson etc. 1994). Kebutuhan fisiologis
merupakan yang paling penting
untuk bertahan hidup dan kesehatan. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan manusia yang paling dasar yang
meliputi kebutuhan makan, minum, pakaian, istirahat dan seks. Sesudah kebutuhan keamanan relatif terpenuhi, muncul kebutuhan keamanan
yang terdiri dari kebutuhan rasa aman, perlindungan dari ancaman, bahaya,
pertentangan dan lingkungan hidup. Kebutuhan keamanan merupakan kebutuhan pertahanan hidup jangka panjang. Kebutuhan
sosial meliputi kebutuhan untuk bersahabat,
berafiliasi, memiliki pasangan dan keturunan, dan diterima dalam
kelompok. Setelah kebutuhan sosial
relatif terpenuhi, seseorang akan mencari pemenuhan kebutuhan penghargaan yang
meliputi kebutuhan harga diri, status, ketenaran,
kemuliaan, pengakuan, perhatian, reputasi,
apresiasi, martabat, bahkan dominasi. Apabila seseorang sudah dapat memenuhi kebutuhan penghargaan, mereka
siap untuk mencari pemenuhan kebutuhan
aktualisasi diri. Dengan menggunakan kemampuan, keterampilan, dan
potensinya untuk memberikan ide-ide, pendapat, dan penilaian tentang
sesuatu hal.
Motivasi
dapat muncul dari dalam diri seseorang namun juga dapat berasal dari hal yang
berada di luar orang tersebut. Di dalam perusahaan, pemimpin perlu memahami
berbagai motivasi yang dapat mendorong karyawannya untuk bertindak atau
berperilaku tertentu. Dengan pemberian motivasi yang sesuai dengan
kebutuhannya, karyawan dapat
meningkatkan kinerjanya sehingga memperoleh hasil yang maksimal dan sekaligus
dapat mencapai tujuan perusahaan.
Penelitian yang dilakukan Mulyadi
dan Marliana (2010) menunjukkan
bahwa motivasi secara parsial berpengaruh signifikan positif terhadap
kinerja karyawan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai t hitung 3,34
> t tabel 1,66 dan koefisien
korelasi 0,690. Penelitian Setiawan
(2013) dengan judul “Pengaruh Disiplin Kerja Karyawan dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Kanjuruhan Malang” menunjukkan bahwa nilai signifikansi motivasi
sebesar 0,000 lebih besar 0,05 dan nilai
koefisien regresi sebesar 0,260. Dapat
disimpulkan bahwa motivasi secara parsial berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja karyawan. Demikian juga
dengan penelitian Silalahi dan Lutfi (2014) menunjukkan bahwa variabel motivasi secara
parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerja yang
ditunjukkan dari nilai signifikansi
0,000 < 0,05 dan koefisien regresi
sebesar 0,321. Penelitian yang dilakukan Marpaung dkk. (2014) tentang “Pengaruh Motivasi dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan: Studi Pada Karyawan
Rumah Sakit Reksa Waluya Mojokerto” menunjukkan bahwa motivasi
secara parsial berpengaruh
terhadap kinerja karyawan.
Berdasar
landasan teori dan penelitian terdahulu, maka disusun hipotesis kedua:
H2: motivasi secara parsial berpengaruh
terhadap kinerja karyawan BMT SURYA ASA ARTHA.
Kinerja
Karyawan
Kinerja berasal dari kata
prestasi kerja (performance)
yaitu melakukan suatu kegiatan dengan menyempurnakan sesuai
tanggungjawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan.
Kinerja merupakan
hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu
perusahaan/organisasi sesuai wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam
upaya mencapai tujuan organisasi secara legal dan sesuai dengan moral dan
etika. Kinerja
merupakan hal yang sangat penting baik dari sudut pandang karyawan maupun
perusahaan. Dari sudut pandang karyawan,
kinerja menjadi cerminan kemampuan dan keterampilannya dalam pekerjaan tertentu
yang akan berdampak pada reward atau punisment dari perusahaan. Sementara dari sudut pandang perusahaan
kinerja karyawan mencerminkan produktivitas perusahaan yang akan mempengaruhi
tercapai tidaknya tujuan perusahaan.
Gibson (1994)
menyatakan adanya 3 kelompok variabel yang mempengaruhi kinerja karyawan
yaitu a) variabel individu yang meliputi kemampuan, keterampilan, latar
belakang, pengalaman, dan demografi b) variabel organisasi yang meliputi sumber
daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, dan desain pekerjaan c) variabel
psikologis yang meliputi persepsi, sikap, kepribadian, belajar, kepuasan kerja
dan motivasi.
Berdasarkan
kriteria-kriteria kinerja diatas, selanjutnya perusahaan akan
mengelompokkan kinerja karyawannya apakah masuk kelompok dibawah standar, sesuai
standar atau diatas standar. Karyawan yang kinerjanya di bawah standar dapat
menerima punisment dari perusahaan,
namun dapat pula perusahaan memberikan
pelatihan dan motivasi sehingga kinerjanya meningkat. Sedang karyawan yang
tingkat kinerjanya melebihi standar pada umumnya akan mendapat reward
baik dalam bentuk finansial
maupun non finansial.
Penelitian
Silalahi dan Lufti (2014) menunjukkan bahwa secara simultan variabel motivasi, pengawasan,
dan disiplin kerja berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai F hitung lebih besar
dari F tabel (91,375 > 2,71) atau signifikansi 0,000 <
0,05. Penelitian Mulyadi dan Marliana
(2010) menunjukkan bahwa secara simultan variabel motivasi dan disiplin kerja berpengaruh signifikan
terhadap kinerja karyawan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai F hitung lebih besar dari F tabel (46,395
> 2,33) atau signifikansinya 0,000 <
0,05.
Penelitian yang dilakukan Marpaung dkk. (2014) tentang “Pengaruh Motivasi dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan: Studi Pada Karyawan
Rumah Sakit Reksa Waluya Mojokerto” menunjukkan bahwa motivasi dan disiplin kerja secara simultan berpengaruh terhadap
kinerja karyawan.
Mengacu
pada kedua hipotesis di atas dan dari penelitian terdahulu, diajukan hipotesis ketiga sebagai berikut:
H3: Disiplin
kerja dan motivasi secara simultan berpengaruh terhadap kinerja karyawan
BMT SURYA ASA ARTHA.
METODE
PENELITIAN
Obyek
Penelitian
Pada penelitian
ini obyek penelitiannya meliputi disiplin kerja, motivasi, dan kinerja karyawan pada BMT SURYA ASA ARTHA Gamping Yogyakarta.
Populasi
dan Sampel
Populasi
merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Populasi dalam
penelitian ini adalah karyawan BMT SURYA ASA ARTHA Yogyakarta yang keseluruhannya berjumlah 30 orang. Melihat
bahwa jumlah keseluruhan populasi hanya 30 orang, maka peneliti mengambil
keseluruhan populasi menjadi sampel penelitian atau disebut dengan sensus (Sugiyono,
2011). Seluruh populasi karyawan BMT
SURYA ASA ARTHA
Yogyakarta dijadikan sampel penelitian.
Metode
Pengumpulan Data
Pengumpulan
data dilakukan dengan kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis yang
ditujukan kepada responden (Wiyono 2011). Skala pengukuran dengan menggunakan
skala likert dengan lima tingkatan. Responden memberikan jawaban dari
pernyataan/pertanyaan dengan memilih salah satu jawaban diantara sangat setuju
dengan skor 5 sampai dengan sangat tidak
setuju dengan skor 1.
Metode
Analisis
Pada penelitian
ini analisis datanya meliputi Uji Validitas dan reliabilitas, uji hipotesis, uji
asumsi klasik, dan regresi linear berganda. Analisis data dengan menggunakan
Program SPSS for windows 17.00 .
Uji Instrumen
Uji validitas dan uji reliabilitas yang dilakukan
dalam penelitian ini dimaksudkan agar data yang diperoleh valid dan reliabel. Uji
validitas merupakan indikator yang menunjukan tingkat seberapa besar item-item
instrumen mewakili konsep yang diteliti. Uji
validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas item, yaitu
menguji terhadap kualitas item-itemnya dengan menghitung korelasi antara setiap item
dengan skor total sebagai kriteria validitasnya, (Wiyono, 2011). Taraf
signifikansi yang digunakan adalah 5%.
Uji reliabilitas bertujuan untuk menguji sejauh mana
alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Uji reliabilitas
digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat pengukur yang
digunakan dapat diandalkan dan tetap konsistensi jika pengukuran tersebut
diulang di waktu yang akan datang (Wiyono,
2011). Pengukuran reliabilitas dilakukan dengan menggunakan
koefisien Alpha Cronbach (α), dengan
taraf signifikansi 5%.
Uji Hipotesis
Uji
t (parsial)
Uji
t atau uji parsial digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel
independen (X) secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y), (Wiyono, 2011). Penelitian
ini menggunakan α sebesar 5% atau pada tingkat kepercayaan 95%, dengan kriteria
pengujian:
H0 diterima jika probabilitas/signifikansi > 0,05
H0 ditolak jika probabilitas/signifikansi <
0,05
Uji
F (simultan)
Uji F atau uji serentak yaitu uji untuk melihat
bagaimanakah pengaruh seluruh variabel bebas secara simultan atau bersama-sama
terhadap variabel terikatnya, (Wiyono, 2011). Penelitian ini menggunakan α sebesar 5% atau pada tingkat kepercayaan 95%, dengan kriteria
pengujian:
H0
diterima jika probabilitas/signifikansi
> 0,05
H0 ditolak jika probabilitas/signifikansi <
0,05
Uji Asumsi
Klasik
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya penyimpangan asumsi klasik
multikolinearitas. Persyaratan
yang harus dipenuhi dalam model regresi adalah tidak ada hubungan linear antar
variabel independen dalam model regresi (tidak ada multikolinearitas).
Pegujian multikolinearitas dengan nilai varince
inflation factor (VIF), apabila VIF kurang dari 5 maka antar variabel
independen tidak terjadi masalah multikolinearitas (Wiyono, 2011).
Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas digunakan untuk mengetahui
ada tidaknya penyimpangan asumsi klasik heterokedastisitas. Persyaratan yang
harus dipenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya varian dari residul untuk
semua pengamatan dalam model regresi (tidak ada heterokedastisitas). Pegujian heterokedastisitas dengan uji park,
yaitu meregresikan nilai residual (Lnei2) dengan masing-masing
variabel independen. Apabila –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel tidak terjadi masalah
multikolinearitas (Wiyono, 2011).
Regresi Linear
Berganda
Regresi ganda didasari
pada hubungan fungsional maupun hubungan kausal dari dua atau lebih variabel
independen dengan satu variabel dependen. Adapun persamaanya ditulis berikut
ini (Wiyono, 2011):
y
= α + a.X1 + b.X2 +
e
Dimana:
y = Kinerja Karyawan
α = Konstanta
a = Koefisien Disiplin Kerja
b = Koefisien Motivasi
X1 = Disiplin Kerja
X2 = Motivasi
e = Random error
atau gangguan di luar penelitian
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Responden
Karakteristik responden yang
merupakan karyawan BMT SURYA ASA ARTHA
Gamping Yogyakarta yang berjumlah 30 orang dapat dilihat berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan,
dan lama kerja. Dari 30 kuesioner yang telah disebar kepada responden, diperoleh
karakteristik sebagai berikut:
a.
Karakteristik
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah karyawan laki-laki di BMT SURYA ASA ARTHA Yogyakarta hanya sebanyak
30% dan jumlah karyawan perempuan sebanyak
70%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas karyawan BMT SURYA ASA ARTHA Yogyakarta adalah
perempuan.
Tabel
1
Karakteristik
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin
|
Jumlah responden
|
Prosentase
|
Laki-laki
|
9
|
30%
|
Perempuan
|
21
|
70%
|
Jumlah
|
30
|
100%
|
Sumber:
data primer, 2015
b.
Karakteristik
Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan tertinggi Karyawan
BMT SURYA ASA ARTHA Yogyakarta adalah
Sarjana (S1) sebanyak 50%, pendidikan D3 sebanyak 30% dan pendidikan SLTA
sebanyak 20%. Menurut
pejabat di BMT SURYA ASA ARTHA,
karyawan yang pendidikannya SLTA tersebut adalah karyawan-karyawan lama yang
direkrut pada awal berdirinya perusahaan.
Tabel 2
Karakteristik Responden berdasarkan
Pendidikan
Tingkat Pendidikan
|
Jumlah responden
|
Presentase
(%)
|
Sarjana
(S1)
|
15
|
50
|
Diploma
|
9
|
30
|
SLTA
|
6
|
20
|
Jumlah
|
30
|
100
|
Sumber: data primer, 2015
c.
Karakteristik
Responden Berdasarkan Lama Kerja
Sebanyak 10% karyawan operasional BMT
SURYA ASA ARTHA Yogyakarta adalah karyawan baru, dengan masa kerja kurang
dari 1 tahun. Sebagian besar karyawan dengan masa kerja 1-3 tahun sebanyak 60%,
dan karyawan dengan masa kerja lebih dari 3 tahun sebanyak 30%. Dapat dinyatakan bahwa karyawan BMT SURYA ASA ARTHA Yogyakarta
mayoritas (70%) karyawan yang relatif
baru, dengan masa kerja kurang dari 3 tahun.
Tabel 3
Karakteristik Responden
Berdasarkan
Lama Kerja
Lama Kerja
(tahun)
|
Jumlah responden
|
Presentase
(%)
|
<
1
|
3
|
10
|
1
- 2
|
6
|
20
|
2
- 3
|
12
|
40
|
>
3
|
9
|
30
|
Jumlah
|
30
|
100,00
|
Sumber: data primer, 2015
Uji Validitas
Dan Reliabilitas
Uji Validitas
Hasil
uji validitas diatas menunjukkan bahwa nilai r hitung setiap indikator variabel
disiplin kerja, motivasi, dan kinerja
karyawan lebih besar dibandingkan r tabel (0,361). Dengan demikian semua indikator pada
kuesioner yang digunakan untuk mengambil data primer dalam penelitian ini
dinyatakan valid untuk digunakan menjadi alat ukur variabel. Hasil uji validitas pada penelitian ini
adalah berikut:
Tabel 4
Hasil Uji
Validitas
Variabel
|
Pertanyaan
|
r hitung
|
r tabel
|
Keterangan
|
Disiplin Kerja (X1)
|
1
|
0,667
|
0,361
|
Valid
|
2
|
0.568
|
0,361
|
Valid
|
|
3
|
0,464
|
0,361
|
Valid
|
|
4
|
0,652
|
0,361
|
Valid
|
|
5
|
0,492
|
0,361
|
Valid
|
|
6
|
0,640
|
0,361
|
Valid
|
|
Motivasi (X2)
|
7
|
0,710
|
0,361
|
Valid
|
8
|
0,841
|
0,361
|
Valid
|
|
9
|
0,702
|
0,361
|
Valid
|
|
10
|
0,807
|
0,361
|
Valid
|
|
11
|
0,504
|
0,361
|
Valid
|
|
Kinerja
Karyawan (Y)
|
12
|
0,590
|
0,361
|
Valid
|
13
|
0,833
|
0,361
|
Valid
|
|
14
|
0,552
|
0,361
|
Valid
|
|
15
|
0,503
|
0,361
|
Valid
|
|
16
|
0,685
|
0,361
|
Valid
|
Sumber: Olah data SPSS 17.00, 2015
Uji Reliabilitas
Berdasarkan hasil uji
reliabilitas diatas nilai Cronbach’s Alpha dari semua variabel penelitian
menunjukkan sebesar 0,818. Nilai ini lebih dari 0,60 sehingga dapat disimpulkan
bahwa semua jawaban responden dari semua items variabel penelitian tersebut
adalah reliabel. Adapun
uji reliabilitas semua variabel sebagai berikut:
Tabel 5
Reliability
Statistics
Cronbach’s Alpha
|
N of items
|
0,818
|
17
|
Sumber: Olah data SPSS 17.00, 2015
Uji Hipotesis
Hipotesis merupakan
pembatas ruang lingkup serta pengarah dari suatu penelitian. Hipotesis akhirnya
diuji kebenarannya oleh hasil dari penelitian. Hipotesis diuji dengan
menggunakan dua metode yakni uji t dan uji F.
Uji t
Uji t dilakukan untuk
mengetahui pengaruh disiplin kerja dan motivasi
secara parsial terhadap kinerja karyawan. Hasil dari uji t pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 7
Hasil Uji t
Coefficientsa
|
|||||||
Model
|
Unstandardized Coefficients
|
Standardized Coefficients
|
T
|
Sig.
|
|||
B
|
Std. Error
|
Beta
|
|||||
1
|
(Constant)
|
9.543
|
2.721
|
3.508
|
.002
|
||
Disiplin
Kerja (X1)
|
.119
|
.029
|
.166
|
.918
|
.367
|
||
Motivasi
(X2)
|
.343
|
.130
|
.478
|
2.648
|
.013
|
||
a.
Dependent Variable: Kinerja karyawan
|
|||||||
Sumber:
Olah data SPSS 17.00, 2015
Dari
perhitungan pada Tabel 7 di atas hasilnya dapat
dinyatakan sebagai berikut:
a.
Pengaruh disiplin
kerja terhadap kinerja karyawan
Nilai signifikansi
t untuk variabel disiplin kerja
(X1) sebesar 0,367 lebih besar dari nilai taraf signifikansi (0,05).
Dengan demikian H0 diterima,
artinya secara parsial tidak ada pengaruh antara variabel disiplin kerja terhadap variabel kinerja karyawan. Apabila perusahaan
bermaksud meningkatkan kinerja karyawan, hanya dengan memberikan disiplin kerja saja (tidak disertai
dengan program yang lain), maka kinerja karyawan tidak akan meningkat secara
signifikan.
Hasil penelitian ini
mendukung penelitian Setiawan (2013) tentang “
Pengaruh Disiplin Kerja Karyawan dan
Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Kanjuruhan Malang” menunjukkan bahwa nilai probabilitas
signifikansinya lebih besar dari 0,05
(0,768 > 0,05). Disimpulkan bahwa
disiplin kerja secara parsial tidak
berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Pada Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Kanjuruhan Malang,
kinerja karyawan lebih difokuskan pada pelayanan jasa kesehatan pasien.
Oleh karena itu disiplin kerja hanya sebagai penunjang pada terlaksananya
peraturan yang telah ditetapkan oleh pihak rumah sakit. Demikian halnya dengan
disiplin kerja karyawan BMT SURYA ASA ARTHA,
disiplin kerja sebagai penunjang
terlaksananya peraturan yang telah ditetapkan oleh pihak BMT. Kinerja
karyawan lebih difokuskan pada pelayanan jasa perbankan.
Hasil penelitian ini berbeda dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh Silalahai dan Lufti (2014), penelitian
Mulyadi dan Marliana (2010), dan penelitian Marpaung dkk (2014) yang menyatakan bahwa disiplin kerja secara parsial pengaruh
positif terhadap kinerja karyawan.
b.
Pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan
Nilai signifikansi
t untuk variabel motivasi (X2) sebesar 0,013 lebih kecil
dari nilai taraf signifikansi (0,05). Dengan
demikian H0 ditolak, artinya secara
parsial ada pengaruh antara variabel motivasi
terhadap variabel kinerja karyawan. Variabel motivasi (X2)
secara parsial berpengaruh signifikan
dalam meningkatkan kinerja karyawan. Apabila
perusahaan bermaksud meningkatkan kinerja karyawannya,
dapat dilakukan hanya dengan menggunakan variabel motivasi
saja, baik dalam bentuk motivasi fisiologis, keamanan, sosial, pengakuan, maupun
aktualisasi.
Hasil penelitian
ini mendukung penelitian yang telah
dilakukan oleh Mulyadi dan Marliana (2010) , Setiawan (2013), Silalahi dan Lutfi (2014), dan Marpaung dkk.
(2014) yang menyatakan bahwa motivasi memiliki pengaruh positif terhadap
kinerja karyawan.
Uji
F
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh disiplin kerja dan
motivasi secara simultan terhadap
kinerja karyawan. Hasil pengujian uji F pada penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Tabel 8
Hasil Uji F
ANOVAb
|
||||||
Model
|
Sum of Squares
|
df
|
Mean Square
|
F
|
Sig.
|
|
1
|
Regression
|
39.560
|
2
|
19.780
|
6.751
|
.004a
|
Residual
|
79.106
|
27
|
2.930
|
|||
Total
|
118.667
|
29
|
||||
a.
Predictors: (Constant), disiplin kerja, Motivasi
|
||||||
b.
Dependent Variable: Kinerja Karyawan
|
Sumber:
Olah data SPSS 17.00, 2015
Pengujian dalam penelitian ini menggunakan
uji dua sisi dengan tingkat signifikasi (a)
5%. Hasil uji F pada tabel 8 menunjukkan
nilai probabilitas Pvalue (sig) sebesar 0,004 kurang dari 0,05 (tingkat signifikansi 5%). Hal ini
menunjukkan bahwa H0 ditolak, artinya bahwa variabel bebas yang
terdiri dari variabel disiplin kerja dan motivasi secara
simultan berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
Hasil penelitian
ini mendukung penelitian yang telah
dilakukan oleh Mulyadi dan Marliana (2010), Setiawan (2013), Silalahi dan Lutfi
(2014), dan penelitian Marpaung dkk. (2014)
yang menyatakan bahwa disiplin
dan motivasi secara simultan berpengaruh
terhadap kinerja karyawan.
Uji
Asumsi Klasik
Uji
Multikolinearitas
Hasil uji
multikolinearitas menunjukkan bahwa nilai variance
inflation factor (VIF) variabel disiplin kerja sebesar 1,318 dan variabel motivasi sebesar 1,318 .
Kedua nilai VIF lebih kecil dari 5, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi
multikolinearitas diantara variabel indepnden.
Tabel 9
Uji
Multikolinearitas
Coefficientsa
|
||||||||
Model
|
Unstandardized
Coefficients
|
Standardized
Coefficients
|
t
|
Sig.
|
Collinearity
Statistics
|
|||
B
|
Std.
Error
|
Beta
|
Tolerance
|
VIF
|
||||
1
|
(Constant)
|
9.543
|
2.721
|
3.508
|
.002
|
|||
DisiplinKerja
|
.119
|
.129
|
.166
|
.918
|
.367
|
.759
|
1.318
|
|
Motivasi
|
.343
|
.130
|
.478
|
2.648
|
.013
|
.759
|
1.318
|
|
a. Dependent Variable: Kinerja
|
Uji Heterokedastisitas
Hasil uji
heterokedastisitas menunjukkan bahwa
nilai t hitung variabel disiplin kerja sebesar 1,439. dan untuk variabel motivasi sebesar
-2,014. sedangkan besarnya t tabel df= 28 (30-2) sebesar 1,7011. Kedua t hitung berada pada –t tabel ≤ t hitung
≤ t tabel, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi heterokedastisitas pada
model regresi.
Tabel 10
Uji
Heterokedastisitas
Coeffi cientsa
|
||||||
Model
|
Unstandardized
Coefficients
|
Standardized
Coefficients
|
t
|
Sig.
|
||
B
|
Std.
Error
|
Beta
|
||||
1
|
(Constant)
|
1.738
|
1.622
|
1.072
|
.293
|
|
DisiplinKerja
|
.111
|
.077
|
.295
|
1.439
|
.162
|
|
Motivasi
|
-.156
|
.077
|
-.413
|
-2.014
|
.054
|
|
a. Dependent Variable: ABS
|
Regresi
Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh
variabel independen disiplin kerja (X1) dan motivasi (X2)
terhadap variabel dependen kinerja karyawan (Y). Hasil pengolahan regresi linear berganda dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel
11
Hasil
Uji Regresi Berganda
Coefficientsa
|
||||||
Model
|
Unstandardized Coefficients
|
Standardized Coefficients
|
T
|
Sig.
|
||
B
|
Std. Error
|
Beta
|
||||
1
|
(Constant)
|
9.543
|
2.721
|
3.508
|
.002
|
|
Disiplin
Kerja
|
.119
|
.129
|
.166
|
.918
|
.367
|
|
Motivasi
|
.343
|
.130
|
.478
|
2.648
|
.013
|
|
a.
Dependent Variable: kinerja karyawan
|
Sumber: Olah data SPSS 17.00, 2015
Berdasar tabel
diatas, persamaan regresi linear berganda dapat disusun sebagai berikut:
Y = 9,543 + 0,119 X1 + 0,343X2
Keterangan:
Y : Kinerja karyawan
X1 : Disiplin Kerja
X2 : Motivasi
Dari
hasil persamaan regresi berganda diatas, maka dapat diartikan sebagai berikut:
a. Nilai
konstanta sebesar 9,543 menunjukkan bahwa apabila tidak ada disiplin kerja dan
tidak ada motivasi kerja karyawan,
kinerja karyawan sebesar 9,543.
b. Koefisien regresi variabel motivasi (X2) sebesar 0,343 menunjukkan bahwa apabila variabel
motvasi mengalami kenaikan sebesar 1
satuan, dengan asumsi variabel disiplin kerja (X1) tetap/konstan, maka kinerja
karyawan (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 0,343 satuan.
Koefisien Determinasi
Berdasarkan tabel model summary nilai koefisien
determinasi (Adjusted R square)
sebesar 0,284. Artinya 28,4% variabel kinerja karyawan (Y) dapat dijelaskan
oleh variabel disiplin kerja (X1)
dan motivasi (X2). Sedangkan sisanya sebesar 71,6% dijelaskan
oleh variabel-variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini seperti
lingkungan kerja, kompensasi, pengawasan, kepemimpinan, budaya kerja dan lain
sebagainya.
Tabel 12
Model
Summary
Model
|
R
|
R Square
|
Adjusted R Square
|
Std error of the estimate
|
1
|
.577a
|
.333
|
.284
|
1.71169
|
a.
Predictor:
(constant), disiplin kerja, motivasi
A.
Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat ditarik dari penelitian pada BMT SURYA ASA ARTHA Yogyakarta yaitu
bahwa variabel disiplin kerja secara parsial tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan,
sedang variabel motivasi berpengaruh terhadap
kinerja karyawaan. Secara simultan variabel disiplin kerja dan motivasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Hasil analisis regresi linear berganda
menunjukkan bahwa disiplin kerja dan motivasi berpengaruh positif terhadap
kinerja karyawan. Pada penelitian ini variabel disiplin kerja (X1) dan motivasi (X2) hanya mampu
menjelaskan 28,4% variabel
kinerja karyawan, sedangkan sisanya
sebesar 71,6% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak termasuk dalam
penelitian.
B.
Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan oleh
peneliti kepada perusahaan untuk meningkatkan kinerja yaitu untuk meningkatkan
kinerja karyawan, perusahaan perlu mempertahankan dan meningkatkan motivasi. Meskipun
secara parsial variabel disiplin kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja
karyawan, namun secara simultan
berpengaruh, maka perusahaan tetap perlu memperhatikan disiplin kerja keryawan BMT
SURYA ASA ARTHA Yogyakarta. Untuk penelitian selanjutnya
diharapkan dapat menambah variabel lain yang merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja karyawan seperti
lingkungan kerja, kompensasi, pengawasan, kepemimpinan, budaya kerja dan lain
sebagainya sehingga dapat meningkatkan nilai adjusted R square.
Daftar Pustaka
Gibson, James
L., John M.Ivancevich , and James H. Donnelly. 1994. Organization: Behavior, Structure, and processes. Eight Editon. USA: McGraw Hill Irwin.
Hasibuan, Malayu S.P. 2013. Manajemen Sumberdya Manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Marpaung, Iga Mawarni dan Djamhur Hamid. 2014. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Volume
15. Monor 2. Pengaruh Motivasi dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
(Studi Pada Karyawan Rumah Sakit Reksa Waluya Mojokerto).
Mulyadi, Hari dan Nina Marliana. 2010. Strategi. Volume 9, Nomor 17. Pengaruh
Motivasi dan Disiplin Kerja
Karyawan Terhadap Kinerja Karyawan Pada
Departemen Weaving PT. Adetex Cabang Banjaran, Kabupaten Bandung.
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2013. Manajemen. Sumberdaya Manusia Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya.
Setiawan, Agung.
2013. Jurnal Ilmu Manajemen.
Volume 1, Nomor 4. Pengaruh Disiplin Kerja Karyawan dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Kanjuruhan Malang.
Silalahi , Bonar P.
dan Muslich Lufti. 2014. Jurnal Bisnis dan Manajemen Eksekutif Vol. 1 No. 1. Pengaruh
Motivasi, Pengawasan Dan Disiplin Kerja Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Dinas
Pendapatan, Pengelola Keuangan Dan Kekayaan Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah.
Sugiyono.
2011. Metode penelitian Bisnis.
Bandung: CV Alfabeta.
Wiyono, Gendro. 2011. Merancang Penelitian Bisnis dengan alat
analisis SPSS 17.0 & SmartPLS 2.0. Yogyakarta: UPP STIM YKPN Yogyakarta.
EmoticonEmoticon