PENGARUH PELATIHAN, KEPEMIMPINAN,
DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN
PADA PD BPR BANK JOGJA YOGYAKARTA
Nur Hayati 1)
1)Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN
Yogyakarta
e-mail: shenuerhayati93@gmail.com
Sri Haryani 2)
2)Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN
Yogyakarta
e-mail: bundaninik@gmail.com
Abstract
The
purpose of this study is to analyze the effect of training (X1), leadership
(X2), and motivation (X3) on dependent variable employee performance (Y). The
population in this study are operational staff in PD BPR Bank Jogja in Yogyakarta. Most of the
operational staff of PD BPR Bank Jogja is female and their ages range from 21
to 50 years. Lowest Education of
operational staff is Diploma and
some of them are Magister (S2). This company is growing as indicated by the
increase in the number of staff from time to time. Determination of the number
of samples using methods Slovin, samples taken 80. The sampling method using a
non-probability sampling with purposive sampling method, the sampling technique
is based on the consideration that in accordance with the purpose of research.
Collecting data using questionnaires distributed to 80 respondents. The
results of multicollinearity, heteroscedasticity, and autocorrelation classical
assumption test show that there is no multicollinearity problems among the
independent variables, there is no heteroscedasticity in regression models, and
there is no autocorrelation. Data
were analyzed using multiple linear regression. The results show that the
training and motivation have a positive
effect on performance, while
the leadership has a negative effect on performance. T test results showed that
the only variable motivation partially influence on performance, training and leadership
variables were partially no effect on employee performance. The F test results
showed that the variables of training, leadership, and motivation
simultaneously affect the performance of employees.
Key words: training, leadership, motivation, performance
PENDAHULUAN
Sumberdaya manusia
(SDM) mempunyai fungsi yang signifikan dalam suatu perusahaan, terlebih dengan
adanya perkembangan bisnis yang semakin pesat, yang menimbulkan tingkat persaingan yang semakin
tajam. Pada kondisi ini perusahaan perlu
terus menerus mengembangkan kemampuan karyawannya sehingga dapat memenangkan
persaingan. Dengan adanya pengembangan karyawan, maka pengetahuan dan
keterampilan karyawan akan meningkat sehingga dapat mengurangi produk
cacat, mengurangi tingkat kecelakaan
kerja, meningkatkan produktivitas kerja, dan meningkatkan kepuasan kerja
karyawan.
Sumberdaya
manusia (SDM) menjadi
salah satu penggerak perusahaan di mana ia bekerja. Untuk itu perusahaan perlu mengelola
dan mempertahankan sumberdayanya yang berkualitas sehingga akan memperlancar
kegiatan operasionalnya dan mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa saat ini landasan daya saing perusahaan terletak pada aspek
sumberdaya manusia. Landasan daya saing yang pada awalnya berasal dari
aspek modal dan teknologi sudah bergeser ke aspek sumberdaya manusia.
Sehubungan
dengan landasan daya saing dari faktor sumberdaya manusia ini, perusahaan harus
mampu mengelola dan mempertahankan karyawannya, sehingga bukan hanya dapat
memenangkan persaingan namun sekaligus dapat mencapai tujuan perusahaan. Sumberdaya
manusia seperti apa yang mampu memenangkan persaingan sekaligus mencapai tujuan
perusahaan? Secara umum karyawan yang mempunyai kinerja yang baik akan mampu
memenangkan persaingan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan.
Kinerja karyawan dapat dilihat dan diukur dari standar kinerja yang ditetapkan
oleh perusahaan. Apabila karyawan telah
berhasil melaksanakan tugas sesuai dengan standar yang telah ditentukan maka
kinerja karyawan tersebut dapat dinilai baik. Menurut Rivai dan Sagala (2013) kinerja
merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja
yang dihasilkan oleh karyawan sesuai perannya dalam perusahaan.
Pelatihan
merupakan salah satu faktor yang
diyakini manajer dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Pelatihan
merupakan suatu program yang diharapkan dapat memberikan rangsangan/stimulus
kepada seseorang untuk dapat meningkatkan kemampuan dalam pekerjaan tertentu
dan memperoleh pengetahuan umum dan pemahaman terhadap keseluruhan lingkungan
kerja. Program pelatihan yang dilakukan oleh perusahaan akan memberikan manfaat
bagi perusahaan itu sendiri. Dengan
pelatihan akan meningkatkan kemampuan,
pengetahuan, serta pemahaman karyawan dalam pekerjaan sesuai dengan bidangnya.
Setelah
mendapatkan pengetahuan dan pemahaman melalui program pelatihan, karyawan
memerlukan adanya kepemimpinan untuk mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas
karyawan dalam mencapai tujuan perusahaan dan meningkatkan kinerja karyawan.
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas
yang berkaitan dengan tugas para anggota kelompok (Sutrisno, 2010).
Faktor lain yang
mempengaruhi kinerja karyawan adalah motivasi, yaitu sesuatu yang mendorong seseorang bertindak atau berperilaku
tertentu (Hanafi, 2011). Dalam kegiatan
bisnis, seorang pemimpin perusahaan perlu untuk memahami motivasi bawahannya. Dari
pemahaman motivasi bawahannya ini selanjutnya pemimpin akan memberikan motivasi
sesuai dengan kebutuhan karyawan, sehingga kinerja karyawan dapat meningkat secara maksimal sekaligus
dapat mencapai tujuan perusahaan.
KAJIAN
TEORI
Pengaruh
Pelatihan terhadap Kinerja Karyawan
Kaswan (2012) memberikan
definisi pelatihan sebagai suatu proses meningkatkan pengetahuan dan keterampilan karyawan. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan
karyawan ini dimaksudkan agar karyawan dapat mencapai standar kerja yang
ditentukan oleh perusahaan. Sementara itu bagi pihak perusahaan sendiri pencapaian standar kerja karyawan akan
membantu perusahaan dalam mencapai
tujuannya. Sofyandi (2008) menjelaskan bahwa pelatihan merupakan suatu program yang diharapkan dapat memberikan
rangsangan/stimulus kepada seseorang untuk dapat meningkatkan kemampuan dalam
pekerjaan tertentu dan memperoleh pengetahuan umum dan pemahaman terhadap
keseluruhan lingkungan kerja organisasi. Pelatihan dapat menjadi rangsangan
atau stimulus bagi karyawan karena peningkatan pengetahuan dan kemampuan itu
sendiri menarik bagi karyawan. Dari peningkatan pengetahuan dan kemampuan,
selanjutnya akan berdampak pada
peningkatan kinerja karyawan. Dengan mengikuti pelatihan karyawan menjadi lebih
terampil dalam melaksanakan tugas-tugas
yang dibebankan kepadanya. Dalam praktik manajemen perusahaan, peningkatan
kinerja karyawan akan mendatangkan reward dalam bentuk finansial maupun non
finansial.
Melihat
pentingnya pelatihan bagi karyawan maupun perusahaan, manajemen perusahaan akan
menyusun proses pelatihan secara sistematis, yang diawali dengan analisis
kebutuhan pelatihan, merancang program pelatihan, melaksanakan program
pelatihan, dan melakukan penilaian terhadap program pelatihan yang telah
dilakukan. Dalam analisis kebutuhan
pelatihan perlu dipertimbangkan dari aspek organisasional, aspek pekerjaan dan
aspek invidual. Analisis kebutuhan pelatihan dari aspek organisasional perlu
dilakukan inventarisasi pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan
karyawan disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan di masa yang datang. Analisis
kebutuhan pelatihan dari aspek pekerjaan
dilakukan dengan membandingkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan
karyawan dengan persyaratan pekerjaan. Sedang analisis dari aspek individual dilakukan
dengan mengidentifikasi individu-individu yang membutuhkan pelatihan.
Dalam proses
merancang program pelatihan untuk karyawan, perusahaan perlu memahami kesiapan
peserta pelatihan, yang mencakup tingkat
keterampilan dasar yang diperlukan dan adanya motivasi dan efikasi diri dari
peserta pelatihan. Setelah memahami kesiapan peserta pelatihan, perusahaan
menentukan pelatih yang menguasai materi pelatihan yang sesuai dengan yang
dibutuhkan.
Dengan proses
pelatihan yang disusun secara sistematis diharapkan perusahaan dapat
meningkatkan produktivitas, kualitas
kerja, sikap moral, semangat kerja, perkembangan pegawai, dan menghindarkan
keusangan pengetahuan dan keterampilan
karyawan (Mangkunegara, 2013).
Penelitian yang
dilakukan Septian (2013) tentang “Pengaruh Pelatihan Terhadap Kinerja Karyawan ERHA Clinic Bandung”
menunjukkan bahwa pelatihan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan
yang ditunjukkan dengan nilai t hitung (4,006) lebih besar dari t tabel (1,685). Penelitian Antori (2014) dengan judul
Pengaruh Pelatihan dan Kepemimpinan terhadap
Kinerja Karyawan PT Bank Bhakti Daya
Ekonomi” menunjukkan bahwa variabel pelatihan berpengaruh signifikan terhadap
kinerja karyawan yang ditunjukkan dengan nilai t hitung (3,400) lebih besar
dari t tabel (1,991). Dari kajian teori dan penelitian terdahulu yang dilakukan
di atas, maka hipotesis pertama yang diajukan adalah:
H1: pelatihan
berpengaruh terhadap kinerja karyawan PD BPR Bank
Jogja.
Pengaruh
Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan
Dalam suatu
perusahaan, pemimpin mempunyai peran yang
berhubungan dengan internal perusahaan maupun
eksternal perusahaan. Secara rinci peran pimpinan dapat dikelompokkan ke
dalam 3 kategori, peran yang bersifat interpersonal, informasional, dan peran
pengambilan keputusan (Sutrisno, 2010). Peran interpersonal menuntut manajer
untuk mempunyai keterampilan manusiawi, sehingga manajer mampu berinteraksi
dengan manusia lain baik yang ada di dalam perusahaan maupun dengan pihak luar
perusahaan. Peran informasional
berkaitan dengan pemantauan arus informasi di dalam perusahaan maupun diluar
perusahaan. Dari berbagai informasi tersebut kemudian diolah untuk selanjutnya
didistribusikan atau digunakan sendiri oleh manajer untuk mengambil keputusan. Manajer
akan mengambil berbagai keputusan baik yang sifatnya strategis maupun taktis.
Selain itu manajer juga bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan perusahaan,
termasuk melakukan pengawasan dan tindakan korektif yang dapat merugikan perusahaan.
Dalam praktek
kepemimpinan di perusahaan, manajer akan
mengarahkan sumberdaya manusia baik secara individu maupun kelompok
kearah pencapaian tujuan. Terdapat beberapa
tujuan perusahaan antara lain laba, pertumbuhan, dan keberlanjutan (sustainability). Pada
umumnya tujuan perusahaan tidak
sama dengan tujuan karyawan, bahkan dalam beberapa hal, tujuan perusahaan
bertolak belakang dengan tujuan karyawan. Misalnya, karyawan bekerja
menginginkan gaji yang tinggi sementara perusahaan menginginkan membayar gaji
yang rendah. Pemimpin dapat menggunakan berbagai kekuasaan yang dimilikinya baik
yang berasal dari faktor legitimasi, koersif, referensi, keahliannya, maupun
yang berasal dari kemampuannya memberikan reward.
Dengan menggunakan berbagai kekuasaannya tersebut pimpinan akan mengarahkan
karyawannya sehingga karyawan bersedia menggunakan seluruh tenaga dan
pikirannya untuk mencapai tujuan perusahaan.
Penelitian yang
dilakukan Hendriawan (2014) dengan judul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Karyawan pada PT Dwimitra Multiguna Sejahtera
di Kabupaten Konawe Utara Propinsi Sulawesi Tenggara” menunjukkan bahwa variabel
kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan yang ditunjukkan dengan nilai t
hitung (3,148) lebih besar dari t tabel (2,007). Berdasar landasan teori dan
penelitian terdahulu, maka hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah:
H2: kepemimpinan
berpengaruh terhadap kinerja karyawan PD BPR Bank Jogja.
Pengaruh
Motivasi terhadap Kinerja Karyawan
Motivasi
merupakan sesuatu yang mendorong seseorang bertindak atau berperilaku tertentu
(Hanafi, 2011). Seorang karyawan yang
bekerja dengan motivasi untuk memenuhi keutuhan atau keinginan
tertentu pada umumnya lebih
bersemangat dan lebih bersedia untuk
menggunakan seluruh kemampuannya. Dengan demikian mereka lebih produktif
dibanding ketika mereka bekerja tanpa motivasi.
Misalnya seseorang mempunyai motivasi naik pangkat, maka dalam bekerja
akan menggunakan seluruh daya dan kemampuannya untuk menunjang pencapaian
keinginan tersebut.
Terdapat
berbagai teori motivasi, antara lain teori motivasi dari Abraham Maslow, yang
menyatakan bahwa kebutuhan manusia tersusun dalam bentuk hirarkhi atau berjenjang,
dari hirarkhi atau jenjang yang paling rendah kebutuhan
fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, dan yang
paling tinggi kebutuhan aktualisasi diri (Rivai dan Sagala, 2013). Kebutuhan fisiologis
merupakan yang paling penting
untuk bertahan hidup dan kesehatan, yang meliputi kebutuhan manusia yang paling
dasar yang meliputi kebutuhan makan, minum, pakaian, istirahat dan seks. Sesudah kebutuhan keamanan relatif terpenuhi, muncul kebutuhan keamanan
yang terdiri dari kebutuhan rasa aman, perlindungan dari ancaman, bahaya,
pertentangan dan lingkungan hidup. Kebutuhan keamanan merupakan kebutuhan pertahanan hidup jangka panjang. Kebutuhan
sosial meliputi kebutuhan untuk bersahabat,
berafiliasi, memiliki pasangan dan keturunan, dan diterima dalam
kelompok. Setelah kebutuhan sosial
relatif terpenuhi, seseorang akan mencari pemenuhan kebutuhan penghargaan yang
meliputi kebutuhan harga diri, status,
ketenaran,
kemuliaan,
pengakuan,
perhatian, reputasi,
apresiasi,
martabat,
bahkan dominasi. Apabila seseorang sudah dapat memenuhi kebutuhan penghargaan, mereka
siap untuk mencari pemenuhan kebutuhan
aktualisasi diri, dengan menggunakan kemampuan, keterampilan, dan
potensinya untuk memberikan ide-ide, pendapat, dan penilaian tentang
sesuatu hal.
Motivasi dapat
muncul dari dalam diri seseorang namun juga dapat berasal dari hal yang berada di
luar orang tersebut. Di dalam perusahaan, pemimpin perlu memahami berbagai
motivasi yang dapat mendorong karyawannya untuk bertindak atau berperilaku
tertentu. Dengan pemberian motivasi yang sesuai dengan kebutuhannya, karyawan dapat meningkatkan kinerjanya
sehingga memperoleh hasil yang maksimal dan sekaligus dapat mencapai tujuan
perusahaan.
Penelitian yang dilakukan Mahesa (2010) dengan judul
“Analisis Pengaruh Motivasi dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan dengan
Lama Kerja sebagai Variabel Moderating
(Studi kasus pada PT Coca-Cola
Amatil Indonesia, Central Java)” menunjukkan bahwa variabel motivasi kerja
berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja karyawan yang ditunjukkan
dengan nilai t hitung (2,110) lebih besar dari t tabel (2,001). Berdasar
landasan teori dan penelitian terdahulu, maka disusun hipotesis ketiga berikut:
H3: motivasi berpengaruh
terhadap kinerja karyawan PD BPR Bank
Jogja.
Kinerja
Karyawan
Kinerja karyawan
merupakan hal yang sangat penting baik dari sudut pandang karyawan maupun
perusahaan. Dari sudut pandang karyawan,
kinerja menjadi cerminan kemampuan dan keterampilannya dalam pekerjaan tertentu
yang akan berdampak pada reward atau punishment dari perusahaan. Sementara dari sudut pandang perusahaan
kinerja karyawan mencerminkan produktivitas perusahaan yang akan mempengaruhi
tercapai tidaknya tujuan perusahaan. Untuk mengetahui bagaimana kinerja
karyawannya, perusahaan melakukan penilaian atau pengukuran kinerja yang
mencakup kemampuan teknis, konseptual, dan hubungan interpersonal. Penilaian
atau pengukuran ini akan mengelompokkan karyawan apakah masuk kelompok dibawah
standar, sesuai standar atau diatas standar. Karyawan yang kinerjanya di bawah
standar dapat menerima punishment
dari perusahaan, namun dapat pula perusahaan memberikan pelatihan dan motivasi
sehingga kinerjanya meningkat. Sedang karyawan yang kinerjanya melebihi standar
akan mendapat reward baik dalam
bentuk reward finansial maupun non finansial.
Faktor- faktor
yang diyakini manajer dapat mempengaruhi
kinerja karyawan jumlahnya relatif banyak, antara lain pelatihan, pendidikan,
pengalaman, kepemimpinan, motivasi kompensasi, motivasi, lingkungan kerja dan
lain-lain. Mengacu pada ketiga hipotesis di atas dalam penelitian ini diajukan
pula hipotesis keempat yang merupakan penggabungan dari ketiga hipotesis sebagai
berikut:
H4: pelatihan,
kepemimpinan, dan motivasi secara simultan berpengaruh terhadap kinerja karyawan
PD BPR Bank Jogja.
METODE
PENELITIAN
Obyek
Penelitian
Pada penelitian ini obyek
penelitiannya meliputi pelatihan,
kepemimpinan, motivasi, dan kinerja karyawan pada PD BPR Bank Jogja yang
beralamat di Jalan Patang Puluhan Nomor 1 Yogyakarta. Subyek penelitian ini merupakan responden dari penelitian ini yaitu karyawan operasional PD
BPR Bank Jogja.
Populasi
dan Sampel
Populasi
merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007). Populasi dalam
penelitian ini adalah karyawan operasional pada PD BPR
Bank Jogja sejumlah 99 orang.
Menurut Sugiyono (2007) sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi. Sampel diambil menggunakan teknik non
probability sampling dengan metode purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan yang sesuai dengan maksud penelitian, yaitu
bahwa yang menjadi sampel adalah karyawan yang pernah diikutsertakan dalam
pelatihan. Dengan demikian karyawan tersebut dapat merasakan bagaimana pengaruh pelatihan
terhadap kinerjanya. Untuk menentukan besar ukuran sampel yang akan diambil
menggunakan metode Slovin, metode ini digunakan untuk menentukan berapa besar
minimal sampel yang dibutuhkan jika ukuran populasi sudah diketahui (Wiyono,
2011). Dikarenakan jumlah populasi pada penelitian sudah diketahui berjumlah 99
karyawan, dengan metode Slovin diperoleh jumlah sampel penelitian sebanyak 80 responden.
Metode
Pengumpulan Data
Metode yang
digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan kuesioner, yaitu teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis yang ditujukan kepada responden (Wiyono, 2011). Skala pengukuran
dengan menggunakan skala likert, dengan skor 1 sampai dengan 5, di mana skor 5
menunjukkan sangat setuju dengan pertanyaan/pernyataan sedangkan skor 1 sangat tidak setuju. Skala
likert digunakan jika peneliti ingin mendapatkan data mengenai bobot setiap
jawaban yang diberikan oleh responden.
Metode
Analisis
Tujuan metode analisis data adalah
untuk mengintepretasikan dan menarik kesimpulan dari sejumlah data yang
terkumpul. Analisis data dengan menggunakan Program SPSS versi 17.0
Uji
Instrumen
Uji validitas dan uji reliabilitas
yang dilakukan dalam penelitian ini dimaksudkan agar data yang diperoleh valid
dan reliable. Uji
validitas merupakan indikator yang menunjukan tingkat seberapa besar item-item
instrumen mewakili konsep yang diteliti. Uji
validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validasi item, yaitu
menguji terhadap kualitas item-itemnya,
dengan menghitung korelasi antara setiap item dengan skor total sebagai
kriteria validitasnya.
Uji reliabilitas
bertujuan untuk menguji sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau
diandalkan. Pengukur reliabilitas dilakukan dengan menggunakan koefisien Alpha Cronbach (α). Biasanya
reliabilitas minimal 0,5. Uji reliabilitas
digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat pengukur yang
digunakan dapat diandalkan dan tetap konsistensi jika pengukuran tersebut
diulang di waktu yang akan datang (Wiyono,
2011).
Uji Asumsi Klasik
Uji Multikolinearitas
Persyaratan yang
harus dipenuhi dalam model regresi adalah tidak ada hubungan linear antar
variabel independen dalam model regresi (tidak ada multikolinearitas).
Untuk itu dilakukan uji multikolinearitas dengan nilai variance inflation factor (VIF). Apabila VIF kurang dari 5 maka
antar variabel independen tidak terjadi masalah multikolinearitas (Wiyono, 2011).
Uji Heteroskedastisitas
Persyaratan yang
harus dipenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya varian dari residual
untuk semua pengamatan dalam model regresi (tidak ada heteroskedastisitas). Pegujian heteroskedastisitas dengan uji park,
yaitu meregresikan nilai residual (Lnei2) dengan masing-masing
variabel independen. Apabila –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas
(Wiyono, 2011).
Uji Autokorelasi
Persyaratan lain
yang harus dipenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya korelasi antara
residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Uji
autokorelasi dalam penelitian ini
menggunakan uji Durbin-Watson dengan ketentuan apabila d terletak antara
dU dan (4-dU) maka tidak terjadi
autokorelasi (Wiyono, 2011).
Uji
Hipotesis
Uji
t (parsial)
Uji t atau uji
parsial dilakukan untuk mengetahui masing-masing variabel bebas mempunyai
pengaruh atau tidak terhadap variabel terikat dan selanjutnya dapat diketahui variabel
bebas yang dominan berpengaruh terhadap variabel terikat. Dengan α = 0,05 pada tingkat kepercayaan 95%. Uji t
di hitung menggunakan program komputer yaitu SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 17.0.
Uji
F (simultan)
Uji F atau uji
serentak yaitu uji untuk melihat bagaimanakah pengaruh seluruh variabel bebas
secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel terikatnya. Dengan α = 0,05
pada tingkat kepercayaan 95%. Uji F di hitung menggunakan program komputer
yaitu SPSS (Statistical Product and
Service Solution) versi 17.0.
Regresi Linear Berganda
Regresi ganda
didasari pada hubungan fungsional maupun hubungan kausal dari dua atau lebih
variabel independen dengan satu variabel dependen. Adapun persamaannya ditulis
berikut ini (Wiyono, 2011):
y = a + b.X1 + c.X2 + d.X3
+ e
Dimana:
y = Kinerja
Karyawan
a =
Konstanta
b =
Koefisien Pelatihan
c =
Koefisien Kepemimpinan
d =
Koefisien Motivasi
X1
= Pelatihan
X2
= Kepemimpinan
X3
= Motivasi
e = Random error
atau gangguan di luar penelitian
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Dari hasil kuesioner yang
telah disebar kepada 80 responden didapat hasil analisis data sebagai berikut.
Uji Validitas
Uji validitas digunakan
untuk mengukur valid tidaknya suatu kuesioner.
Hasil uji validitas pada penelitian ini adalah berikut:
Tabel 1. Hasil Uji Validitas
Variabel
|
Pertanyaan
|
r hitung
|
r tabel
|
Keterangan
|
Pelatihan (X1)
|
1
|
0,477
|
0,2199
|
Valid
|
2
|
0,507
|
0,2199
|
Valid
|
|
3
|
0,499
|
0,2199
|
Valid
|
|
4
|
0,581
|
0,2199
|
Valid
|
|
5
|
0,533
|
0,2199
|
Valid
|
|
6
|
0,437
|
0,2199
|
Valid
|
|
7
|
0,614
|
0,2199
|
Valid
|
|
8
|
0,436
|
0,2199
|
Valid
|
|
9
|
0,670
|
0,2199
|
Valid
|
|
10
|
0,436
|
0,2199
|
Valid
|
|
11
|
0,655
|
0,2199
|
Valid
|
|
12
|
0,483
|
0,2199
|
Valid
|
|
13
|
0,442
|
0,2199
|
Valid
|
|
Kepemimpinan
(X2)
|
14
|
0,888
|
0,2199
|
Valid
|
15
|
0,756
|
0,2199
|
Valid
|
|
16
|
0,776
|
0,2199
|
Valid
|
|
17
|
0,838
|
0,2199
|
Valid
|
|
18
|
0,875
|
0,2199
|
Valid
|
|
19
|
0,824
|
0,2199
|
Valid
|
|
20
|
0,792
|
0,2199
|
Valid
|
|
21
|
0,916
|
0,2199
|
Valid
|
|
Motivasi (X3)
|
22
|
0,635
|
0,2199
|
Valid
|
23
|
0,785
|
0,2199
|
Valid
|
|
24
|
0,775
|
0,2199
|
Valid
|
|
25
|
0,830
|
0,2199
|
Valid
|
|
26
|
0,680
|
0,2199
|
Valid
|
|
27
|
0,767
|
0,2199
|
Valid
|
|
28
|
0,776
|
0,2199
|
Valid
|
|
29
|
0,719
|
0,2199
|
Valid
|
|
Kinerja
Karyawan (Y)
|
30
|
0,757
|
0,2199
|
Valid
|
31
|
0,726
|
0,2199
|
Valid
|
|
32
|
0,976
|
0,2199
|
Valid
|
|
33
|
0,765
|
0,2199
|
Valid
|
|
34
|
0,729
|
0,2199
|
Valid
|
|
35
|
0,848
|
0,2199
|
Valid
|
|
36
|
0,799
|
0,2199
|
Valid
|
|
37
|
0,727
|
0,2199
|
Valid
|
|
38
|
0,811
|
0,2199
|
Valid
|
|
39
|
0,739
|
0,2199
|
Valid
|
Sumber: Olah data SPSS 17.0, 2015
Hasil uji validitas di atas
menyatakan bahwa nilai r hitung setiap indikator variabel pelatihan,
kepemimpinan, motivasi, dan kinerja
karyawan lebih besar dibandingkan r tabel (0,2199). Dengan demikian semua
indikator pada kuesioner yang digunakan untuk mengambil data primer dalam
penelitian ini dinyatakan valid untuk digunakan menjadi alat ukur variabel.
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas yang dilakukan menggunakan SPSS 17.0.
Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 80. Nilai r tabel dengan tingkat signifikansi
0,05 adalah 0,2199 dengan menggunakan uji 2
sisi. Adapun uji reliabilitas masing-masing variabel sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas
Variabel
|
Cronbach’s
Alpha
|
r tabel
|
Keterangan
|
Pelatihan (X1)
|
0,775
|
0,2199
|
Reliabel
|
Kepemimpinan (X2)
|
0,936
|
0,2199
|
Reliabel
|
Motivasi (X3)
|
0,869
|
0,2199
|
Reliabel
|
Kinerja Karyawan (Y)
|
0,921
|
0,2199
|
Reliabel
|
Sumber: Olah data SPSS 17.0, 2015
Hasil uji reliabilitas
diatas menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha untuk masing-masing
indikator lebih besar dibanding r tabel
0,2199. Dapat disimpulkan bahwa semua indikator
yang meliputi pelatihan, kepemimpinan, motivasi, dan kinerja karyawan reliabel.
Uji Asumsi Klasik
Uji Multikolinearitas
Nilai variance inflation factor (VIF) variabel
pelatihan sebesar 3,679, variabel
kepemimpinan sebesar 2,430, dan variabel
motivasi sebesar 3,372. Dari ketiga variabel tersebut masing-masing hasilnya
lebih kecil dari 5, sehingga dapat disimpulkan antar variabel independen tidak
terjadi masalah multikolinearitas.
Tabel 3. Hasil Uji
Multikolinearitas
Model
|
Collinearity
Statictics
|
||
Tolerance
|
VIF
|
||
1
|
(Constant)
|
||
Pelatihan
|
0,285
|
3,679
|
|
Kepemimpinan
|
0,432
|
2,430
|
|
Motivasi
|
0,307
|
3,372
|
Sumber:
Olah data SPSS 17.0, 2015
Uji Heteroskedastisitas
Hasil uji heteroskedastisitas menunjukkan nilai t
hitung variabel pelatihan sebesar 1,024,
variabel kepemimpinan sebesar -0, 346,
dan variabel motivasi sebesar 0,257. Sedangkan t tabel dengan df = n-2
atau 80-2 = 78, adalah sebesar 1,6646. Karena nilai t hitung berada pada –t
tabel ≤ t hitung ≤ t tabel, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ditemukan
masalah heteroskedastisitas pada model regresi.
Tabel 4. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model
|
Unstandardized
Coeffficients
|
Standadrdized Coefficients
|
T
|
Sig.
|
||
B
|
Std
Error
|
Beta
|
||||
1
|
(Constant)
|
8,662
|
10,859
|
0,677
|
0,453
|
|
Ln_Pelatihan
|
3,410
|
5,014
|
0,297
|
1,024
|
0,682
|
|
Ln_Kepemimpinan
|
-0,918
|
4,713
|
-0,152
|
-0,346
|
0,235
|
|
Ln_Motivasi
|
0,547
|
5,146
|
0,354
|
0,257
|
0,521
|
a.
Dependent Variable: Lnei2
Sumber: Olah data SPSS 17.0, 2015
Uji
Autokorelasi
Dari hasil uji di atas, diperoleh nilai DW 1,679.
Sedangkan dari tabel signifikansi 0,05 dengan jumlah data (n) = 80 dan jumlah
variabel independen (k) = 3, menghasilkan dL sebesar 1,560 dan dU sebesar 1,715.
Karena nilai DW berada pada daerah dU dan 4-dU, maka dapat disimpulkan bahwa
tidak ada autokorelasi.
Tabel 5. Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model
|
R
|
R Square
|
Adjusted R
Squere
|
Std Error of
the Estimate
|
Durbin Watson
|
1
|
0,806a
|
0,743
|
0,721
|
3,23183
|
1,679
|
a. Predictors:
(Constant), pelatihan, kepemimpinan, motivasi
b. Dependent
variable: kinerja
Uji Hipotesis
Hipotesis merupakan
pembatas ruang lingkup serta pengarah dari suatu penelitian. Hipotesis akhirnya
diuji kebenarannya oleh hasil dari penelitian. Hipotesis diuji dengan
menggunakan dua metode yakni uji t dan uji F.
Uji t
Uji t dilakukan untuk
mengetahui pengaruh pelatihan, kepemimpinan, dan motivasi
secara parsial terhadap kinerja karyawan. Hasil dari uji t pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Hasil
Uji t
Coefficientsa
|
|||||||
Model
|
Unstandardized
Coefficients
|
Standardized
Coefficients
|
t
|
Sig.
|
|||
B
|
Std.
Error
|
Beta
|
|||||
1
|
(Constant)
|
8.740
|
4.946
|
1.767
|
.081
|
||
Pelatihan (X1)
|
.113
|
.098
|
.107
|
1.163
|
.248
|
||
Kepemimpinan (X2)
|
-.023
|
.077
|
-.027
|
-.308
|
.759
|
||
Motivasi (X3)
|
.835
|
.108
|
.675
|
7.729
|
.000
|
||
a. Dependent
Variable: Kinerja karyawan
|
|||||||
Sumber:
Olah data SPSS 17.0, 2015
Dari perhitungan pada Tabel 6 di atas hasilnya
dapat dinyatakan sebagai berikut:
a.
Pengaruh pelatihan
terhadap kinerja karyawan
Nilai signifikansi
t untuk variabel pelatihan (X1) sebesar 0,248 lebih besar
dari nilai taraf signifikansi (0,05). Artinya, secara parsial tidak ada pengaruh
antara variabel pelatihan terhadap
variabel kinerja karyawan. Apabila PD BPR Bank Jogja bermaksud meningkatkan kinerja karyawan,
hanya dengan memberikan pelatihan saja (tidak disertai dengan program yang
lain), maka kinerja karyawan tidak akan meningkat secara signifikan.
b.
Pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja karyawan
Nilai signifikansi
t untuk variabel kepemimpinan
(X2) sebesar 0,759 lebih besar dari nilai taraf signifikansi (0,05). Artinya, secara parsial tidak ada pengaruh antara variabel
kepemimpinan terhadap variabel kinerja
karyawan. Apabila PD BPR Bank Jogja bermaksud meningkatkan kinerja karyawan,
hanya dengan menggunakan variabel kepemimpinan saja, (tidak disertai dengan
program yang lain), maka kinerja karyawan tidak akan meningkat secara
signifikan.
c. Pengaruh
motivasi terhadap kinerja
karyawan
Nilai signifikansi
t untuk variabel motivasi (X3) sebesar 0,000 lebih kecil
dari nilai taraf signifikansi (0,05). Artinya,
secara parsial ada pengaruh antara
variabel motivasi terhadap variabel kinerja karyawan. Variabel
motivasi (X3) secara parsial berpengaruh
signifikan dalam meningkatkan kinerja karyawan.
Peningkatan kinerja karyawan dapat dilakukan hanya dengan menggunakan variabel motivasi
saja, baik dalam bentuk motivasi fisiologis, keamanan, sosial, pengakuan, maupun
aktualisasi.
Uji
F
Uji
F dilakukan untuk mengetahui pengaruh pelatihan,
kepemimpinan, dan motivasi secara simultan terhadap kinerja karyawan.
Hasil pengujian uji F pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 7. Hasil
Uji F
ANOVAb
|
||||||
Model
|
Sum of
Squares
|
df
|
Mean
Square
|
F
|
Sig.
|
|
1
|
Regression
|
959.486
|
3
|
319.829
|
26.469
|
.000a
|
Residual
|
918.314
|
76
|
12.083
|
|||
Total
|
1877.800
|
79
|
||||
a. Predictors:
(Constant), Pelatihan, Kepemimpinan, Motivasi
|
||||||
b. Dependent Variable:
Kinerja
|
Sumber: Olah data SPSS 17.0, 2015
Pengujian dalam
penelitian ini menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikasi (a) 5%. Hasil uji F pada tabel 7 menunjukkan
nilai probabilitas Pvalue (sig) sebesar 0,000 kurang dari 0,05 (tingkat signifikansi 5%). Artinya
bahwa variabel bebas yang terdiri dari variabel pelatihan, kepemimpinan, dan
motivasi secara simultan
berpengaruh terhadap kinerja
karyawan.
Regresi
Berganda
Analisis regresi
berganda menunjukan pengaruh atau hubungan variabel bebas pelatihan (X1),
kepemimpinan (X2), dan motivasi (X3) terhadap variabel terikat kinerja karyawan (Y). Dengan
bantuan SPSS 17.00 hasil regresi
berganda pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel
8. Hasil Uji Regresi Berganda
Coefficientsa
|
|||||||
Model
|
Unstandardized
Coefficients
|
Standardized
Coefficients
|
t
|
Sig.
|
|||
B
|
Std.
Error
|
Beta
|
|||||
1
|
(Constant)
|
8.740
|
4.946
|
1.767
|
.081
|
||
Pelatihan (X1)
|
.113
|
.098
|
.107
|
1.163
|
.248
|
||
Kepemimpinan (X2)
|
-.023
|
.077
|
-.027
|
-.308
|
.759
|
||
Motivasi (X3)
|
.835
|
.108
|
.675
|
7.729
|
.000
|
||
a. Dependent
Variable: Kinerja karyawan
|
|||||||
Sumber: Olah data SPSS 17.0, 2015
Berdasar tabel
diatas, maka dapat disajikan persamaan regresi berganda sebagai berikut:
Y
= 8,740 + 0,113 X1 - 0,023X2
+ 0,835X3
Keterangan:
Y : Kinerja karyawan
X1 : Pelatihan
X2 : Kepemimpinan
X3 : Motivasi
Dari hasil persamaan regresi berganda diatas, maka
dapat diartikan sebagai berikut:
a.
Nilai konstanta
sebesar 8,740, artinya jika semua variabel independen X1, X2, X3
sama dengan 0 artinya tidak ada pelatihan, kepemimpinan, dan motivasi,
maka karyawan masih memiliki tingkat kinerja sebesar (Y) sebesar 8,740 satuan.
b.
Koefisien
regresi variabel pelatihan (X1) sebesar
0,113 menunjukkan bahwa setiap kenaikan pelatihan sebesar 1 satuan, dengan
asumsi variabel kepemimpinan (X2) dan motivasi (X3) tetap/konstan maka akan
meningkatkan kinerja karyawan (Y) sebesar 0,113 satuan.
c.
Koefisien regresi variabel kepemimpinan
(X2) sebesar -0,023 menunjukkan bahwa setiap
penambahan variabel kepemimpinan sebesar 1 satuan, dengan asumsi variabel
pelatihan (X1) dan variabel motivasi (X3)
tetap/konstan, maka kinerja karyawan akan mengalami penurunan sebesar 0,023
satuan.
d.
Koefisien
regresi variabel motivasi (X3) sebesar 0,835 menunjukkan bahwa setiap
kenaikan variabel motivasi (X3) sebesar 1 satuan, maka akan terjadi peningkatan kinerja karyawan
sebesar 0,835 satuan.
Tabel 9. Model Summary
Model
|
R
|
R Square
|
Adjusted R Square
|
Std error of the estimate
|
1
|
.715a
|
.511
|
.492
|
3.476
|
a.
Predictor:
(constant), pelatihan, kepemimpinan, motivasi
Pada tabel model summary nilai R square sebesar
0,511 atau 51,1% artinya bahwa 51,1% variabel kinerja karyawan (Y) dapat
dijelaskan oleh variabel pelatihan, kepemimpinan, dan motivasi (X). Sedangkan sisanya sebesar 48,9% dijelaskan
oleh variabel-variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini seperti
lingkungan kerja, kompensasi, pengawasan, disiplin kerja dan lain sebagainya.
SIMPULAN
DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan pada perusahaan PD BPR Bank Jogja, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1.
Secara simultan, variabel pelatihan,
kepemimpinan, dan motivasi berpengaruh
terhadap kinerja karyawan PD BPR Bank Jogja Yogyakarta. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai signifikan sebesar 0,000, lebih kecil dari signifikansi 0,05.
2.
Secara parsial, variabel pelatihan dan
kepemimpinan tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan, sedangkan variabel motivasi
secara parsial berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Dapat disimpulkan dengan adanya peningkatan
motivasi maka akan meningkatkan kinerja karyawan.
3.
Berdasar analisis regresi linear
berganda menunjukkan bahwa di antara variabel pelatihan, kepemimpinan dan
motivasi yang paling besar pengaruhnya terhadap kinerja adalah variabel
motivasi yang ditunjukkan dengan koefisien korelasi motivasi sebesar 0,835.
4.
Nilai R square sebesar 0,511 atau 51,1%,
artinya sebesar 51,1% variabel dependen (kinerja karyawan) dapat dijelaskan
oleh variabel independen yang terdiri dari pelatihan, kepemimpinan, dan
motivasi. Sedangkan sebesar 48,9% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang
tidak dimasukkan dalam penelitian seperti lingkungan kerja, kompensasi, pengawasan,
disiplin kerja dan lain sebagainya.
Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan oleh peneliti kepada
perusahaan untuk meningkatkan kinerja adalah sebagai berikut:
1. Untuk
meningkatkan kinerja karyawan, perusahaan perlu mempertahankan dan meningkatkan
motivasi.
2. Meskipun
secara parsial variabel independen pelatihan dan kepemimpinan tidak berpengaruh
terhadap kinerja karyawan, namun secara
simultan berpengaruh, maka perusahaan tetap perlu memperhatikan pelatihan dan
kepemimpinan terhadap karyawan PD BPR Bank Jogja Yogyakarta.
3. Untuk
penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel lain yang merupakan
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan.
Daftar Pustaka
Antori. 2014. Pengaruh Pelatihan dan Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan
pada PT Bank Bhakti Daya Ekonomi. Skripsi.
STIM YKPN Yogyakarta.
Hanafi, Mamduh
M. 2011. Manajemen.
Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan STIM YKPN Yogyakarta.
Hendriawan.
2014. Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan
Budaya Organisasi terhadap Kinerja
Karyawan pada PT Dwimitra Multiguna Sejahtera di Kabupaten Konawe Utara
Propinsi Sulawesi Tenggara. Skripsi.
Universitas Hasanudin Makasar. Http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/10035.
Diakses 12 November 2014 jam 13.05.
Kaswan. 2012. Pelatihan dan Pengembangan untuk Meningkatkan
Kinerja SDM. Bandung: Alfabeta.
Mahesa, Diwar. 2010. Analisis Pengaruh Motivasi
terhadap Kinerja Karyawan dengan Lama Kerja sebagai Variabel Moderating (Studi
Kasus Pada PT Coca Cola Amatik Indonesia, Central Java). Skripsi. Universutas Diponegoro Semarang.
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2013. Manajemen Sumberdaya Manusia Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Rivai,
Veithzal dan Ella Jauvani Sagala. 2013. Manajemen
Sumberdaya Manusia Untuk Perusahaan. Jakarta: PT Raha Grafindo Persada.
Sedarmayanti.
2013. Manajemen Sumberdaya Manusia.
Bandung: PT Refika Aditama.
Septian
Reza. 2013. Pengaruh Pelatihan Terhadap Kinerja Karyawan ERHA Clinic Bandung. Skripsi. Universitas Widyatama.
Sofyandi,
Herman. 2008. Manajemen Sumberdaya
Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono.
2007. Metode Penelitian Bisnis.
Bandung: CV Alfabeta.
Sutrisno,
Edy. 2010. Manajemen Sumberdaya Manusia.
Jakarta: Kencana Perdana Media Group.
Wiyono, Gendro. 2011. Merancang Penelitian Bisnis dengan Alat Analisis
SPSS 17.0 & SmartPLS 2.0. Yogyakarta: UPP STIM YKPN Yogyakarta.
EmoticonEmoticon